PUTRAJAYA “KOTA YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN”

16 12 2010

Wacana pemindahan ibukota Jakarta yang dianggap sudah “kelebihan beban” sehinga tidak mampu lagi mendukung jalannya kegiatan pemerintahan secara efektif dan efisien bukanlah sesuatu yang berlebihan. Sebagai pusat pemerintahan, tidak seharusnya Jakarta sering dilanda banjir dan kemacetan parah setiap hari yang menghambat mobilisasi. Padahal bagi kota besar sepert Jakarta, mobilisasi mempunyai peranan sangant penting dalam transportasi logistik maupun manusia. Kemacetan dan banjir yang menjadi penyakit akut Jakarta sudah sangat sulit untuk diperbaiki. Perkembangan infrastruktur yang tidak terkonsep dengan baik dan terkesan asal-asalan menimbulkan kesemrawutan yang membuat pebangunan hanya dilakukan sebagai solusi sesaat sebagai reaksi atas masalah-masalah yang sudah menjadi rutinitas.
Namun, pemindahan ibukota tentu saja bukanlah perkara yang mudah. Perlu perencanaan yang detail sehingga tercipta kota yang terkonsep baik dan memiliki visi yang jelas yang mencakup semua aspek sehingga mampu menjadi kota yang nyaman sebagai tempat tinggal, mampu mendukung kegiatan pemerintahan, dan peduli terhadap lingkungan. Salah satu kota yang dapat menjadi contoh dalam pembangunan kota yang berkelanjutan adalah Putrajaya di Malaysia. Baca entri selengkapnya »





Wisuda Juga

13 12 2010

Setelah sekian lama tidak mengirim postingan di Blog ini,akhirnya  Setelah sekian lama berkutat dengan skripsik (skripsi asik) sampai blog ini sedikit terlupakan, kayaknya sudah saatnya mulai lagi menulis dan berbagi apapun di blo ini.

Yang pertama, setelah skripsi tentu dong pasti status kami2 sudah meningkat dan biasanya sih disebut sarjana. Ini nih foto2 saat temen2 ngumpul dan merayakan upacara penobatan gelar S1.

Baca entri selengkapnya »





Pengembangan H-Brick Sebagai Smart Material Dalam Sistem Bangunan Tahan Gempa

22 03 2010

Indonesia merupakan wilayah rawan gempa karena terletak diantara empat plat tektonik yaitu plat eurasia, plat australia, plat filipina dan plat carolina. Keempat lempeng tektonik ini termasuk dalam lempeng tektonik muda yang membuat lempeng-lempeng ini aktif bergerak sepanjang tahun. Keadaan ini membuat Indonesia sering mengalami gempa dengan skala yang besar (>5 SR). Baca entri selengkapnya »





Selamat datang semester Delapan

3 02 2010

Nggak kerasa ya Bro, uda hampir empat tahun kita berjuang bareng buat ngejar gelar Sarjana Teknik…

Udah ngelewatin JR, beton, Irba, Praktikum2 rumit bareng2. Siap-siap meras kesepian ini. Di kampus udah jarang yang nongol, pada ngelab ato survei diluar…..

MAnteb dah, ternyata perjuangan berat itu tinggal selangkah lagi Finishnya…..

Semester 8 uda di depan mata!!!

Buat yang Berkutat dengan bekisting di lab Struktur…

Buat yang kerjaanya ngaduk semen ma kerikil di lab bahan…

Buat yang basah basah di lab hidro…

Buat yang bau aspal di lab Jalan….

Buat yang ngayak di lab Mekanika Tanah…

Buat yang ruwet bikin estimasi proyek….

Buat yang matanya jereng analisis didepan komputer…

Buat yang terus survei lapangan….

Buat yang nyambi nyari receh buat bertahan hidup ato sekedar jajan…

Buat yang masih ngulang…

Buat yang masih cari jodoh….

Semuannya, semangat Teman……..





Penerapan Teknologi Sederhana Berbasis Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Banjir

3 02 2010

Menjelang puncak musim penghujan yang biasanya terjadi di Bulan Januari dan Februari, kekhawatiran akan terulangnya kejadian banjir –terutama di daerah perkotaan- kembali meningkat. Banjir yang terjadi sebentar, dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar.

Upaya penanggulangan banjir yang selama ini dilakukan oleh pemerintah masih saja belum mampu mengurangi kejadian banjir yang terjadi. Yang masih hangat dalam pembicaraan adalah selesainya proyek Banjir Kanal Timur (BKT) yang diharapkan mampu meminimalisir air yang meluap dengan kapasitas sekitar 350m3/s. Selain pembangunan kanal-kanal banjir, program pemerintah lain dalam usaha meminimalisir banjir diantaranya adalah rencana revitalisasi situ-situ yang ada di sekitar daerah perkotaan, pembersihan daerah bantaran sungai, perbaikan Daerah Aliran Sungai (DAS) terutama di bagian hulu, dan upaya pengerukan sedimen di sungai.

Legalisasi juga telah dilakukan dengan disahkannya Undang-undang Tata Ruang Kota yang mensyaratkan tiap kota memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) ideal seluas 30% dari luas kota. Undang-undang juga mensyaratkan untuk para pengembang properti untuk menyisakan 20% lahan yang dia kembangkan sebagai ruang terbuka.

Namun, upaya-upaya yang disebukan diatas belum dirasakan secara nyata oleh masyarakat. Padahal penanggulangan banjir adalah kebutuhan yang mendesak dan pasti berulang tiap tahun seiring dengan datangnya musi penghujan. Proyek-proyek fisik tentu saja membutuhkan biaya yang sangat besar dan memerlukan studi dan perencanaan yang lama. Padahal kebanyakan, saat dana dan rencana sudah siap, karena waktu perencanaan yang lama, keadaan di lapangan sudah jauh berubah. Hal ini mengakibatkan desain yang ada sudah tidak optimal lagi fungsinya. Belum lagi apabila ditambah waktu pelaksanaan konstruksi yang tidak sebentar.

Sejauh ini, pemerintah terkesan sepihak dalam menentukan usaha-usaha pencegahan banjir. Peran masyarakat seolah diabaikan. Padahal bagian paling besar yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh banjir adalah masyarakat karena masyarakatlah pemilik sebagian besar lahan yang ada di suatu wilayah. Untuk itu sudah seharusnyalah pemerintah mengajak dan mengoptimalkan peran masyarakat untuk ikut serta dalam pencegahan banjir. Program PNPM yang telah berjalan tahun-tahun belakangan merupakan usaha positif dalam meningkatkan peran serta masyarakat.

Namun, untuk meningkatkan peran serta masyarakat bukanlah hal yang mudah. Selain kesadaran masyarakat itu sendiri, pendekatan yang salah akan meyebabkan program tidak berjalan optimal. Diperlukan pendekatan yang tepat dan penerapan teknologi yang sederhana agar masyarakat dapat menerpakannya dengan mudah. Beberapa teknologi yang dapat diterapkan diantaranya:

  1. Sumur Resapan

Sumur resapan telah lama diperkenalkan sebagai teknologi sederhana pencegah banjir. Sumur dengan diameter sekitar 1m dengan kedalaman sekitar 2m sudah banyak diterapkan dan di beberapa daerah sudah menjadi syarat untuk memperoleh Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).

Sumur resapan juga dapat difungsikan sebagai penghasil kompos dengan cara memanfaatkannya sebagai lubang pembusuk bagi sampah organik. Sumur resapan terbukti mampu mengurangi debit aliran permukaan yang terjadi di wilayah pekarangan rumah. Namun jika dilihat lebih luas, sumur resapan kurang optimal karena hanya melindungi satu pekarangan rumah. Sumur ini belum mampu mereduksi aliran permukaan yang terjadi di Jalan-jalan, maupun ruang terbuka milik umum. Dengan ukurannya yang berdiameter sekitar 1m, penyediaan lahan untuk sumur sangat sulit dilakukan pada lahan yang tidak dimiliki secara pribadi.

  1. Taman Resapan

Untuk skala lebih besar (RT/RW/Desa) diperlukan sarana pencegahan dengan fungsi tunggal seperti sumur resapan. Ide yang dicetuskan oleh beberapa Mahasiswa dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta adalah dengan pembuatan taman yang dinamai sebagai Taman Resapan. Konsep sederhana dari ide ini adalah sifat fisiologi tanah yang disusun atas butir tanah, air dan udara. Dengan memanfaatkan ruang udara yang dimiliki tanah, aliran permukaan diupayakan untuk tertahan dalam pori udara tersebut.

Tanah yang dipakai adalah tanah dengan pori udara yang banyak seperti tanah pasir maupun tanah berpasir dengan pori-pori sekitar 40%. Kapasitas tampungan diperoleh dengan dua cara, yaitu menambah luas lahan taman dan atau menambah ketinggian taman. Agar terlihat indah, tanah di taman “dikurung” dengan pasangan bata dan permukaannya ditutup tanaman-tanaman hijau. Agar fungsi taman ini bertambah, bila memungkinkan dapat ditambah sarana bermain atau sekedar bangku duduk disekitarnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan, 1m2 taman dengan ketinggian 15 cm mampu mengurangi aliran permukaan sebesar 0.033 m3 atau 330 liter air hujan.

  1. Lubang Resapan

Setelah direduksi oleh sumur dan taman resapan, sisa aliran permukaan yang terjadi dialirkan menuju saluran drainase. Dalam konsep drainase, banjir adalah akumulasi dari aliran-aliran permukaan yang dihasilkan oleh kawasan-kawasan kecil yang dialirkan lewat selokan kemudian terkumpul di badan air (sungai) maupun drainase kota. Untuk itu, debit aliran permukaan yang terjadi dari satu kawasan diupayakan seminimal mungkin. Sisa aliran tadi dapat dikurangi lagi dengan cara membuat lubang-lubang resapan di sepanjang selokan. Lubang–lubang ini mirip sumur resapan, hanya bentuknya saja yang diperkecil dengan diameter 10-15 cm dengan kedalaman 50cm. Lubang ini dibuat dengan jarak antara 2-3m pada saluran. Untuk mencegah lubang agar tidak tertutup sampah, maka disarankan untuk menutup lubang dengan penutup berlubang agar fungsinya untuk meyerap air tidah berkurang.

Hasil simulasi penerapan ketiga teknologi berbasis masyarakatdi kota Surakarta dengan prosentase lahan terbuka yang dikonversi menjadi taman resapan dengan prosentase 0% sampai 100% menunjukkan bahwa debit aliran permukaan dapat berkurang jauh dari 1.9m3/s pada kondisi lahan tertutup total, tanpa sumur, taman, dan lubang resapan menjadi hanya 0.24m3/s saat teknologi ini diterapkan.

Apabila setiap kawasan mampu dan konsisten dalam penerapan tiga teknologi sederhana tadi yang dikombinasikan dengan proyek-proyek besar yang direncanakan, maka musim hujan bukanlah lagi ancaman bagi perputaran roda kehidupan. Kesungguhan pemerintah dalam membina masyarakat dan kerjasama dari berbagai pihak seperti akademisi dan praktisi sebagai perpanjangan tangan pemerintah tentunya menjadi faktor penting agar kesadaran masyarakat akan pentingnya peran mereka terhadap upaya pencegahan banjir meningkat.

Admin: dheenz